Stranger in a Familiar Land: Subverted with Kyuta after returning to the human realm for the first time. He makes friends with Kaede to catch up on his studies and eventually reunites with his father to the point that he decides to leave the magical realm forever. Novel ini juga memperlihatkan tahap perisakan dari mulai permusuhan dan pengabaian hingga akhirnya mulai menyentuh fisik. Anggota kelas yang tadinya diam saja kemudian mulai ikut-ikutan. Aku yang bacanya kaya "wah gila sih" tapi hal kaya gini emang beneran ada loh terjadi di dunia nyata. form. The TLDR of it is that Yoru here helps out these characters in their misfortunes and brings them towards a more lit path in life. I suppose there isn't a lot to feed of with, but for my 42nd iteration, I will once again say short and simple stuff is really good. The presentation here and execution is nothing short of profound, and the whole episodic narrative may not sound like a lot, but it is one that emphasises on feels more than anything else for it to be as great as it is. Overall, well-made stuff. Sayangnya, aku sering bosan saat membaca buku ini, terutama di awal-awal. Karena terasa flat gitu, kayak hari-hari Acchi dibahas secara kronologis. Datang ke sekolah jam berapa, terus pelajaran apa, terus makan siang, terus pelajaran lagi, terus pulang. Besoknya diulang lagi begitu. Apa yang kutemukan di buku ini beda dengan ekspektasiku. Beda aja, bukannya mengecewakan atau jelek gitu.

Dan karena buku ini fokus banget dari sudut Adachi. Jadi banyak karakter gak dieksplor lebih. Aku pribadi penasaran sama konflik awal pemicu bullying dan Kasai. Tapi ya saat sampai akhir buku, aku ya lega aja sih. Kadang kita kan gak tahu dan gak perlu tahu juga semua cerita buat mendapatkan manfaat ya. :) Menariknya, manusia tidak selalu dapat mengenali wajah yang ia tampilkan sendiri." Ini Adalah Novel ke-4 karya Yoru Sumino yang terbit di Indonesia

Baca Juga

Swipe gambar untuk lihat hal yg aku suka dan kurang suka dari buku ini. Overall, aku gak bisa kasih genap 5 bintang karena ingat seberapa lambatnya pace novel ini dan aku cukup struggling di awal buku. Of course, the obvious thing that stands out about this anime is...well, the animation. There's this almost painting-like style to it, with crayon-esque shooting stars, picturesque watercolor hillsides, luminous butterflies, swirly trees, and so on. Not only is everything lusciously animated, from character movement to the dazzling spectacles on display when the characters of the day come to terms with their problems, everything has its own unique texture, and not once does the world feel sterile or like a cardboard cut-out. Yoru no Kuni is a series about dreams, and I think in that aspect, it succeeds in creating a perfect, dream-like atmosphere, and the bright visuals don't so much dazzle you as they do careess your eyes with its storybook-like animation. The music is pretty good here as well. There isn't a lot of it, contributing to the series' emphasis on ambience and atmosphere, and the insert songs are all well-timed, well-sung, and are always saved for just the right moment, allowing for stronger impact and emotional catharsis when the characters resolve their issues. In 2020, Sumino began the novel Mugimoto Sanpo no Suki na Mono ( 麦 ( むぎ ) 本 ( もと ) 三 ( さん ) 歩 ( ぽ ) の 好 ( す ) きなもの , Mugimoto Sanpo no Suki na Mono ?, lit. Sanpo Mugimoto's Favorite Thing), which is currently ongoing.

Time-Shifted Actor: Aoi Miyazaki plays the child Kyuta, Haru Kuroki voices the younger Ichirohiko and Momoka Ono voices young Jiromaru. Aku rasa poin tentang jati diri kita yang sebenarnya yang mana tuh berlaku nggak cuma pas disatu lingkup aja. Mungkin kita jadi sosok A ketika di kantor, sosok B ketika dengan teman SMP, sosok C ketika dengan teman kuliah. Di antara sosok itu mungkin ada yang kita palsukan demi bisa berbaur. Acchi si tokoh utama juga mengalami pergulatan batin tentang jati dirinya yang sebenarnya. Saat siang hari dia menolak untuk berinteraksi dengan tokoh Yano, si anak perempuan yang dirisak di kelas. Tapi di malam hari dengan sosok monsternya, Acchi justru berinteraksi dengan Yano, walaupun awalnya hal itu nggak disengaja. Apakah sosok manusia adalah wujud aslinya? Atau justru sosok monster saat malam hari itu adalah wujud aslinya? Yang mana? Sosok manusianya adalah wujud baiknya? Atau malah sosok monster menyeramkan justru wujud baiknya? Nah loh?Aku mengingatkan kalau ulasan aku ini berdasarkan pembaca ya bukan kritikus, jadi kalau ada suka dan tidak suka itu semata-mata memang penilaian subjektif aku. Tapi aku akan berusaha untuk mengulas secara objektif seperti biasanya.